Semeru |
Sumber artikel ini hanya berasal dari sebuah Dongeng yang diceritakan secara turun-temurun oleh orang tua (sesepuh desa). Dongeng ini berhubungan dengan tokoh pewayangan (Punakawan : Semar, Petruk, Gareng, Bagong) sehingga yang namanya Dongeng tidak ada sumber yang jelas atau bukti kuat. Mungkin saja ada keterkaitan, nama, tempat, kejadian, alur cerita dll
Diceritakan dahulu kala, ada sebuah gunung di jawa yang tak terbatas ketinggianya (sundul langit) yang saat ini kita kenal dengan nama gunung Semeru. Kanggo imbange jagad (untuk keseimbangan dunia) Punakawan memotong ujung gunung Semeru untuk dipindah ke belahan bumi yang lain. Ujung gunung Semeru yang telah terpotong diikat dengan menggunakan lawatan ( sejenis rumput yang menjalar) dan dipikul keempat sudutnya oleh Punakawan. Ditengah perjalanan tali pengikat (lawatan) putus akibat tidak mampu menahan gesekan bekas potongan gunung yang tajam dan beratnya ujung gunung semeru. Setelah itu Punakawan memikul ujung gunung dengan menggunakan pelepah pisang (dhebog). Ditengah perjalanan pelepah pisang tersebut juga hancur dan ditinggalkan begitu saja oleh mereka. Kemudian ujung gunung tersebut terus diangkat dengan bertumpu pada pundak Punakawan. Ketika tiba di suatu tempat punakawan merasa kelelahan dan mereka meletakan ujung gunung tersebut disebelah sungai sembari beristirahat. Di peristirahatan mereka terasa suntuk. Untuk menghilangkan rasa suntuk, mereka naik ke ujung gunung dan memainkan sebuah permainan, yang saat ini kita kenal dengan Dakon. Punakawan mulai membuat lubang-lubang yang akan digunakan sebagai media permainan, saat membuat lubang yang terakhir mereka tidak sengaja membuat lubang yang terlalu dalam dan besar seperti sumur dikarenakan mereka menggali tepat dirongga gunung. Karena asyik bermain Dakon ( Dakonan ), merekapun enggan melanjutkan pemindahan ujung gunung tersebut dan ditinggal begitu saja.
Sekarang, tempat Punakawan membuang tali pengikat tersebut menjadi desa Lawatan. Tempat pelepah Pisang ( dhebok ) yang di buang menjadi desa Gedhebeg. Bila sobat naik keatas gunung Dakon, sobat bisa melihat cekungan - cekungan kecil seperti papan permainan Dakon. Dari sisi sebelah tenggara cekungan - cekungan tersebut kira - kira jaraknya sekitar 10m ada lubang yang cukup besar dan dalam seperti sumur. Konon, lubang tersebut tembus hingga ke Trekesi ( desa bagian utara Kec. Klambu, Kab. Grobogan ), tentunya bagi orang yang memiliki kemampuan tertentu. Sayangnya, sekarang lubang tersebut sudah ditutup dengan tanah, batu dll sehingga kedalaman hanya sekitar 1 m dan dipenuhi tumbuhan perdu.
Itulah cerita yang saya dapat dari berbagai pihak ( sesepuh ). Bagaimana menurut sobat ?
Bila sobat mendengar cerita yang berbeda, ataupun tidak kecocokan dari cerita ini, silahkan beri masukan / komentar, mohon dengan sangat komentar yang sopan,!! Semoga bermanfaat dan memberi tambahan dongeng sobat untuk anak-anak sebelum tidur. Terimakasih
Sekarang, tempat Punakawan membuang tali pengikat tersebut menjadi desa Lawatan. Tempat pelepah Pisang ( dhebok ) yang di buang menjadi desa Gedhebeg. Bila sobat naik keatas gunung Dakon, sobat bisa melihat cekungan - cekungan kecil seperti papan permainan Dakon. Dari sisi sebelah tenggara cekungan - cekungan tersebut kira - kira jaraknya sekitar 10m ada lubang yang cukup besar dan dalam seperti sumur. Konon, lubang tersebut tembus hingga ke Trekesi ( desa bagian utara Kec. Klambu, Kab. Grobogan ), tentunya bagi orang yang memiliki kemampuan tertentu. Sayangnya, sekarang lubang tersebut sudah ditutup dengan tanah, batu dll sehingga kedalaman hanya sekitar 1 m dan dipenuhi tumbuhan perdu.
Itulah cerita yang saya dapat dari berbagai pihak ( sesepuh ). Bagaimana menurut sobat ?
Bila sobat mendengar cerita yang berbeda, ataupun tidak kecocokan dari cerita ini, silahkan beri masukan / komentar, mohon dengan sangat komentar yang sopan,!! Semoga bermanfaat dan memberi tambahan dongeng sobat untuk anak-anak sebelum tidur. Terimakasih
EmoticonEmoticon