Tokoh masyarakat desa Menawan ( Pak Muslih "Cerita Leluhur” ) menjelaskan,
gunung ini sudah ada dari dulu, hanya saja nama Gunung ini menjadi sebuah cerita yang unik. Pada masa penjajahan Belanda tepatnya tahun 1922. Batuan dari gunung kapur tersebut digunakan untuk pembangunan jalan dan bangunan di wilayah sekitar. Dalam pembangunan tersebut bukanlah suatu kerja paksa ( tanpa upah ), jadi masyarakat memang pendapatkan upah dari pekerjaan tersebut. Dari hasil pekerjaan tersebut, Masyarakat merasa makmur dengan tercukupinya kebutuhan hidup pada waktu itu. Dari kemakmuran para pekerja dan juga masyarakat sekitar, gunung tersebut diibaratkan sebagai " Emas yang Terapung/dipermukaan", dalam bahasa jawa berarti Emas Kemambang (filosofi). Dalam kebiasaan berbahasa masyarakat sekitar nama tersebut menjadi "Mas kumambang". ( ver - 2 )
gunung ini sudah ada dari dulu, hanya saja nama Gunung ini menjadi sebuah cerita yang unik. Pada masa penjajahan Belanda tepatnya tahun 1922. Batuan dari gunung kapur tersebut digunakan untuk pembangunan jalan dan bangunan di wilayah sekitar. Dalam pembangunan tersebut bukanlah suatu kerja paksa ( tanpa upah ), jadi masyarakat memang pendapatkan upah dari pekerjaan tersebut. Dari hasil pekerjaan tersebut, Masyarakat merasa makmur dengan tercukupinya kebutuhan hidup pada waktu itu. Dari kemakmuran para pekerja dan juga masyarakat sekitar, gunung tersebut diibaratkan sebagai " Emas yang Terapung/dipermukaan", dalam bahasa jawa berarti Emas Kemambang (filosofi). Dalam kebiasaan berbahasa masyarakat sekitar nama tersebut menjadi "Mas kumambang". ( ver - 2 )
Gunung yang sampai saat ini terlihat, hanya setengah dari ukuran gunung semula. Hingga sekarangpun batuan kapur gunung tersebut masih dimanfaatkan untuk pembuatan gamping oleh beberapa masyarakat sekitar.
EmoticonEmoticon