Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan pada masa dinasti Syailendra tahun 825 M. Candi Borobudur adalah candi Budha yang dibangun oleh Raja Samaratungga yang terletak di muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Nama Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bhoro dan Budur. Dalam bahasa Sansekerta Bhoro yang berarti
biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti diatas,
dengan demikian Borobudur berarti Biara yang ada diatas. Ada juga yang
mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat
tinggi. Kurang lebih seperti Punden Berundak peninggalan Zaman Pra Sejarah (tempat pemujaan/berdo'a). Candi Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat.
Enam tingkat
paling bawah berbentuk persegi dan tiga tingkat di atasnya berbentuk
lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa induk.
1.
Kamadhatu, enam tingkat dasar
Borobudur, melambangkan kehidupan manusia yang penuh dengan nafsu.
Relief ini melambangkan kaarma manusia yang disebut Karmawibhangga.
2.
Rupadhatu, tiga
tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan
diri dari
nafsu namun masih terikat dengan keduniawian, yang menunjukkan kehidupan
dari Boddhitsattwa. Relief pada Rupadatu adalah Lalitawistara
3.
Arupa, bagian paling atas yang
melambangkan ke-Buddhaan (Kesempurnaan). Pada tingkatan ini tidak
terdapat relief karena menunjukkan tingkatan manusia mencapai alam
nirwana.
Setiap
tingkatan memiliki
relief yang cenceritakan secara urut bila berjalan searah jarum jam
(arah
kiri - kanan ). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang
kisah diantaranya Ramayana, ada relief yang menggambarkan kondisi
masyarakat
saat itu, seperti aktivitas petani yang mencerminkan tentang
kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar yang
menggambarkan kemajuan pelayaran waktu itu. Keseluruhan relief yang ada
di candi Borobudur mencerminkan ajaran
sang Budha.
Ratusan tahun lalu, candi Borobudur ini masih berupa hutan
belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama
kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu
Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian
pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710). Pada pada tahun 1758, resebar berita tentang
seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat
melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar. Pada tahun 1814
Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari tentang adanya bukit
yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus
Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu.
Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk,
bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1850, Residen Kedu Hartman Membuka stupa induknya.
Dulu
bentuk Candi Borobudur tidak seperti yang sekarang, berkali-kali
dilakukan pemugaran. Pemugaran dilakukan dengan dasar falsafah kemiripan
candi yang ada di India dan Srilangka, sehingga kita dapat melihat
bentuk candi Borobudur yang utuh hingga saat ini.
Semoga bermanfaat,, terimakasih.
info bertanam...
EmoticonEmoticon