Burung Cenderawasih adalah burung yang sangat indah. Ada pula orang menyebutnya Sebagai burung surga.. Burung Cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea termasuk spesies tipenya, Cendarawasih kuning besar Paradisaea apoda.
Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari
ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan
membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak
diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung
ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena
bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti tak berkaki.
Selain sebagai maskot atau identitas provinsi papua, masyarakat di Papua
juga menggunakan bulu burung Cenderawasih sebagai hiasan atau pelengkap
pakaian adat. Begitu kental hubungan antara burung cenderawasih
dengan masyarakat Papua, sehingga sebagian dari masyarakat papua
meyakini, bahwa burung cenderawasih merupakan titisan dari bidadari
surga. Namun masyarakat Fakfak
meyakini bahwa burung Cenderawasih merupakan jelmaan dari seorang anak
laki-laki dan ibunya berasal dari Fakfak bernama Kweiya. Begini ceritanya :
Zaman dahulu kala di pegunungan Bumberi, Kabupaten Fakfak,
Provinsi Papua Barat tinggalah seorang perempuan tua dengan anjing
perempuan kesayangannya. Setiap hari perempuan tua tersebut mencari
makan bersama anjingnya kehutan. Pada suatu hari mereka berjalan amat
jauh memasuki hutan untuk mencari makanan. Karena hutan disekitar tempat
tinggal mereka sudah tidak ada makanan yang bisa mereka bawa pulang.
Setelah perjalanan yang jauh mereka akhirnya tiba disuatu tempat yang
banyak ditumbuhi oleh pohon merah yang sedang berbuah lebat (sejenis
pohon pandan khas daerah papua). Tanpa berlama - lama perempuan tua itu
pun memetik buah merah yang sudah matang dan diberikannya kepada sang
anjing yang sudah terlihat sangat lapar. Maklum saja, mereka sudah
berjalan jauh dari rumah untuk mencari makanan. Si anjing pun melahap
buah tersebut untuk mengisi perutnya yang kosong.
Sungguh tak disangka, beberapa saat setelah memakan buah merah tersebut
si anjing terlihat gelisah, dia bergerak, berlarian kesana kemari. Sang
Perempuan tua terdiam dan bingung melihat apa yang anjingnya lakukan.
Ketika disadari ternya perut si anjing kian membesar, dan seperti ada
yang bergerak - gerak dari dalam perut si anjing. Tak lama kemudian si
anjing pun melahirkan seekor anak anjing yang mungil dan lucu. Melihat
kejadian tersebut sang nenek juga bermaksud untuk memakan buah merah
tersebut dan mendapatkan keturunan.
"Sungguh ajaib buah merah ini, apakah buah ini bisa memberikanku
keturunan seperti yang dialami si anjing?" pikir sang perempuan tua
itu.
Sang Perempuan tua kemudian memetik beberapa buah merah lalu memakannya.
Berharap kejadian yang sama akan terjadi juga dengannya. Beberapa buah
merah telah sang Peremuan tua makan, tiba-tiba kejadian yang sama
terjadi juga terhadapnya. Perutnya makin lama mkin membesar dan seperti
ada yang bergerak - gerak didalamnya.
"Ohh,,,betapa beruntungnya aku, sebentar lagi aku akan menjadi seorang
ibu. Aku harus segera pulang kerumah" ujar sang perempuan tua.
Tepat sesuai dengan dugaan sang perempuan tua, sesampainya dirumah
perutnya yang sedari perjalanan tadi semakin membesar dan membesar kini
terasa mulai mulas. Beberapa saat kemudian sang perempuan tua melahirkan
seorang bayi laki - laki yang lucu.
"Oooee...ooee". Tangis sang bayi meraung -raung. Bayi laki - laki tersebut diberi nama Kweiya.
Sepuluh tahun kemudian, Kweiya telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah.
Dia sangat rajin membantu ibunya untuk membuka hutan kemudian dijadikan
ladang sayur-mayur. Hal ini dia lakukan agar sang ibu tidak lagi
berkeliling kedalam hutan untuk mencari makanan. Kweiya hanya bisa
menebang satu pohon saja setiap harinya, karena dia hanya menggunakan
kapak yang terbuat dari batu. Sedangkan ibunya yang sudah tua hanya bisa
membantunya dengan membakar daun - daun dari pohon yang ditebang. Daun -
daun yang dibakar setiap harinya menimbulkan asap tebal yang membumbung
tinggi ke atas. Tidak disangka asap tebal tersebut membuat seorang pria
tua yang sedang mengail disungai penasaran.
"Darimana asal asap tebal itu? Siapakah gerangan yang membakar hutan?" gumam pria tua tersebut.
Dengan penasaran dan berbagai macam yang dia pikirkan, pria tua itu
memberanikan diri memasuki hutan untuk mencari dari mana asap itu
keluar. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, sampailah pria tua
itu pada sumber dimana asap itu keluar. Terlihat seorang pemuda tampan
yang tengah menebang pohon besar dibawah terik matahari. Pria tua
berjalan menghampiri pemuda yang tak menyadari kedatangannya tersebut.
"Weing weinggiha pohi (selamat pagi) anak muda", sapa pria tua tersebut.
"Siapa kamu dan mengapa kamu menebang hutan disini?" tanya pria tua
tersebut.
Sontak pemuda itu terkejut. Kemudian dia menyadari bahwa ada seorang Pria tua yang datang menghapirinya.
"Nama saya Kweiya, Saya sedang membantu ibu saya untuk membuatkannya kebun sayur", jawab Kweiya.
Melihat Kweiya yang menebang pohon menggunakan kapak batu, si pria tua memberikan kapak besinya untuk digunakan menebang pohon.
"Agar lebih cepat menebang pohon, ambilah kapak besi ini", kata pria tua itu.
"Terima kasih pak", jawab Kweiya.
Dalam waktu singkat Kweinya telah merobohkan beberapa pohon besar.
Kemudian dia bergegas pulang kerumah, sesampainya dirumah Kweinya
menceritakan hasil pekerjaannya kepada ibunya. ibunya sangat terheran.
"Alat apa yang kau gunakan nak, sehingga kamu bisa dengan cepat menebang pohon -pohon itu?", tanya ibu Kweiya.
Kweiya terdiam sejenak.
"Aku tidak tahu juga ibu, nampaknya tanganku terasa sangat ringan ketika
memegang kapak. Sehingga aku bisa menebang pohon dengan cepat", jawab
Kweiya yang tak ingin ibunya tahu tentang kapak besi yang diberikan pria
tua tersebut.
Mendengar jawaban dari Kweiya, sang ibu pun percaya mengenai hal
tersebut. Sementara itu Kweiya meminta ibunya untuk memasak makanan yang
banyak besok. Rupanya Kweiya mempunyai ide untuk mengajak pria tua yang
baik tersebut pulang kerumah untuk makan bersama dan mengenalkannya
kepada ibunya.
"Bu, besok Kweiya minta ibu memasak makanan yang banyak ya?", pinta Kweiya.
"Iya nak", jawab sang ibu.
Keesokan harinya seperti yang diminta anaknya, sang ibu memasak makanan
yang banyak dirumah. Ketika perjalanan pulang kerumah, Kweiya membungkus
sang pria tua dengan pohon tebu beserta daunnya, Kweiya ingin
memberikan kejutan kepada ibunya. Bungkusan tebu tersebut lantas Kweiya
letakkan didepan pintu rumah. Kweiya kemudian masuk kedalam rumah.
Kemudian dia meminta ibunya untuk mengambilkan tebu didepan rumah karena
dia sangat haus.
"Ibu..aku sangat haus sekali, tolong ambilkan tebu didepan pintu itu", ujar Kweiya.
Ibu Kweiya menuruti permintaan sang anak, berjalanlah ia mengambil tebu
didepan pintu. Betapa terkejutnya sang ibu melihat ada seorang pria tua
diantara batang tebu tersebut. Seketika itu juga sang ibu berlari
ketakutan masuk kedalam rumah.
"Siapakah pria tua itu, nak?. Kenapa dia berada didalam bungkusan tebu?", tanya ibu Kweiya.
"Maafkan aku, bu", ucap Kweiya. "Aku tak bermaksud menakuti ibu, pria
tua inilah yang menolongku menebang pohon dihutan. Aku mohon ibu mau
menerimanya sebagai teman hidup", lanjut Kweiya sambil tersenyum.
Sang ibu terdiam, kemudian beliau mengangguk tanda bahwa dia menerima
permintaan anaknya. Sejak saat itulah pria tua itu tinggal bersama
mereka.
Beberapa tahun kemudian, sang ibu melahirkan dua anak laki - laki dan
seorang anak perempuan. Kweiya selalu menganggap mereka seperti adik
kandung sendiri, Namun tidak dengan kedua saudara laki-laki Kweiya,
mereka sangat iri kepada Kweiya karena ibunya selalu memberikan
perhatian lebih kepadanya.
Pada suatu hari ketika kedua orang tua mereka sedang berkebun, kedua
saudara laki-laki Kweiya memukuli Kweiya hingga luka - luka. Kweiya tak
ingin membalas dendam dengan kedua saudaranya tersebut, meskipun Kweiya
sangat kesal. Untuk menghilangkan rasa kesalnya Kweiya menyendiri di
slah satu sudut pondok untuk memintal benang dari kulit binatang. Benang
tersebut nantinya akan Kweiya buat menjadi sayap.
Selepas pulang dari kebun, sang ibu tidak melihat Kweiya ada dirumah.
Dengan rasa cemas sang ibu pun bertanya kepada kedua anaknya yang lain.
"Dimanakah saudara kalian Kweiya, anak-anakku?", tanya ibunya.
"Tidak tahu, ibu", jawab mereka berdua serentak.
Keduanya ternyata takut menceritakan perkelahian antara mereka dengan
Kweiya yang membuat Kweiya pergi dari rumah. Namun adik bungsu mereka
yang melihat kejadian tersebut menceritakan perkelahian antara mereka
berdua dengan Kweiya kepada kepada sang ibu. Betapa sedih dan kecewanya
sang ibu mendengar cerita tersebut. Sang ibu pun berteriak memanggil
Kweiya untuk pulang kerumah. Bukan suara Kweiya yang menjawab panggilan
sang ibu, melainkan suara burung yang menyahut.
"Ek..ek..ek..ek..", suara si burung.
Ternyata suara tersebut berasal dari gesekan benang yang Kweiya jahitkan
pada ketiak tangannya. Kemudian selanjutnya Kweiya melompat keatas
bubungan rumah dan melompat ke dahan pohon besar. Rupanya Kweiya sudah
menjelma menjadi seekor burung nan elok dengan bulu - bulu yang indah
menghiasi tubuhnya. Melihat anaknya sudah menjadi seekor burung sang ibu
menangis tersedu - sedu. Sambil menangis sang ibu bertanya kepada
Kweiya.
"Duhai anakku, apakah engkau tidak menyisakkan sehelai benangpun untuk ibumu?", tanya sang ibu kepada Kweiya.
"Benang untuk ibu aku simpan di payung tikar", jawab Kweiya.
Sang ibu berlari menuju payung tikar dan mencari benang yang disimpan
oleh anaknya. Benang tersebut berada disisipan payung tikar, dan
kemudian sang ibu mulai menjahitkan benang tersebut keketiak tangannya.
Sang ibu yang menjelma menjadi burung kemudian menyusul anaknya ke dahan
pohon besar.
"Wong...wong..wong.! Ko..ko..kok..!Wong..wik!, kedua burung itu saling bersiul bersahutan.
Kedua adiknya yang menyaksikan hal tersebut pasrah ditinggalkan ibu dan
kakaknya. Mereka berdua berlari masuk kedalam rumah bertengkar dan
saling menyalahkan. Mereka berdua saling adu lempar abu tungku, seketika
itu juga wajah dan tubuh mereka berubah menjadi merah, hitam dan
abu-abu. Mereka berdua berlari menuju hutan menyusul kakak dan ibunya.
Sejak saat itulah burung cenderawasih yang muncul di Kabupaten Fakfak
memiliki warna yang berbeda antara burung jantan dan betina. Burung
Jantan cenderung memiliki bulu yang lebih panjang. Dan didalam kekeayaan
alam hutan rimba kabupaten Fakfak terdapat berbagai jenis burung yang
kalah menarik dibandingkan dengan burung cenderawasih.
Terdapat pesan moral dalam cerita ini kurang lebih adalah sesama saudara, kita idak boleh saling menyakiti karena hal itu akan membuat keluarga kita tidak bahagia.
Semoga bermanfaat, dan menambah dongeng bagi anak-anak. Terimakasih.