Budaya Sungkeman Dalam Halal Bihalal

Sungkeman dari kata "sungkem" yang berarti bersimpuh, berlutut. Sungkeman merupakan kebiasaan/adat yang diwariskan turun-temurun. Awalnya sungkeman adalah sebuah tradisi kerajaan/acara pernikahan keluarga kerajaan sebagai tanda penghormatan, tanda bakti atau pun rasa terimakasih. Sepasang pengantin sujud "sungkem" dihadapan orang tua atau oarng yang dituakan. sebagai tanda bakti dan rasa terimakasih atas bimbingan yang diberikaan serta memohon do'a agar dalam membina keluarga mendapatkan rahmat Tuhan.

Ada yang mengatakan pelopor budaya sungkeman ini dari Kasunanan Surakarta, setelah shalat, keluarga kerajaan dan seluruh punggawanya berkumpul dan saling berma'af-ma'afan. Kemudian hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan pada hari raya sebagai ajang lilaturahmi. Pada tahun 1930, kolonial belanda mencurigai adanya pertemuan terselubung dalam acara ini karena waktu itu yang  hadir hanya keluarga kerajaan tokoh nasional dan punggawa kerajaan. Sontak keluarga Kerajaan menjawab dengan tegas "ini bukan aksi mengumpulkan masa, tapi silaturahmi, halal bihalal hari raya (kurang lebih kata-kata yang diucapkan)". Semenjak itu keluarga kerajaan membuka tradisi sungkeman ini untuk umum. Sampai saat ini tradisi sungkeman menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging di Jawa.

Sungkeman dalam silaturahmi halal bihalal merupakan wujud kulturasi budaya dan agama. Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, sejauh yang saya ketahui, masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu.  Halal-bihalal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini. Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti baik, dalam pengertian kedua, kata halal terkait dengan status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan dengan kata thayyib (baik)






Dalam budaya halal bi halal sungkeman ini, yang bersungkem (lebih muda) menyampaikan maaf sedangkan yang menerima sungkem (orang tua/lebih tua) memberi maaf dan mendo'akan (yang bersungkem) agar menjadi lebih baik atau tercapai segala impiannya yang pasti do'a yang baik. Dalam sungkeman ini pasti dipenuhi tangis dan rasa haru kebahagiaan.

Semoga bermanfaat....!!! Terimakasih







EmoticonEmoticon